#bukarahasiaads {margin:1px;padding:1px;text-align:center} #bukarahasiaads img {margin:1px 1px;text-align:center;-webkit-border-radius: 5px;-moz-border-radius: 5px;border-radius: 5px;-webkit-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;-moz-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;} #bukarahasiaads img:hover {-moz-opacity: 0.7;opacity: 0.7;filter:alpha(opacity=70);}

Sabtu, 06 Desember 2014

Penyakit Hasil Hutan Dan Hubungannya Dengan Kemunduran Hasil Hutan



Penyakit adalah suatu proses dimana bagian-bagian dari tumbuhan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Perkataan “Diserang penyakit“ untuk tanaman yang terserang adalah kalimat yang kurang tepat digunakan. Diserang penyebab penyakit (patogen) mrupakan kalimat yang lebih tepat digunakan untuk menggambarkan penyerangan tersebut.
Penyakit pada umumnya ditandai dengan adanya kerusakan proses fisiologis yang disebabkan oleh suatu tekanan/gangguan yang terus menerus pada kayu dari penyebab utama (biotik ataupun abiotik) yang mengakibatkan aktivitas sel/jaringan menjadi abnormal, yang digambarkan dalam bentuk penyakit yang khas yang disebut gejala/tanda. Gejala/tanda inilah yang memberikan petunjuk apakah pohon didalam hutan sehat atau sakit.
Nilai  tumbuhan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara biologi dan ekonomi maka penyakit tumbuhanpun mengandung unsur dua sudut pandang ini. (1)Dari segi biologi, tumbuhan adalah organisme yang melakukan kegiatan fisiologis, sehingga dari segi ini penyakit tumbuhan adalah penyimpangan dari sifat normal sehingga tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya. (2)Dari segi ekonomi, tumbuhan adalah penghasil bahan-bahan yang berguna bagi manusia, sehingga dari segi ini penyakit tumbuhan adalah ketidakmampuan tumbuhan menghasilkan bahan yang dibutuhkan manusia sehingga manusia mengalami kerugian.
Ada empat faktor utama yang memungkinkan penyakit dapat berkembang dengan baik, yaitu (1)adanya tanaman inang (tanaman hutan) yang rentan dalam jumlah cukup; (2)adanya patogen yang ganas; (3)kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan hama dan penyakit tersebut; dan (4)manusia yang ikut mendukung timbul atau tidaknya suatu penyakit. Penyakit menyerang tanaman hutan mulai dari biji, bibit di persemaian, tanaman muda di lapangan, tegakan siap tebang, sampai pada hasil hutan yang berada dipenyimpanan. Serangan penyakit juga tidak memilih, hampir seluruh bagian tanaman diserangnya mulai dari akar, batang, sampai pada daun. Perlindungan terhadap penyakit akan mulai dirasakan pentingnya apabila sudah terjadi serangan yang sangat hebat (outbreak/eksplosif/wabah), yang sebenarnya keberadaan penyakit tersebut telah lama, tetapi karena akibatnya belum dirasakan atau masih sedikit jadi tidak dipedulikannya atau dibiarkan saja. Sebagai akibatnya penyakit makin merajalela sampai akhirnya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Penyakit hasil hutan adalah kerusakan pada hasil hutan yang biasanya disebabkan oleh ulah manusia maupun patogen, yaitu agen patologis berupa parasit yang menimbulkan penyakit pada inangnya. Bidang ilmu yang mempelajari tentang  penyakit hutan adalah ilmu penyakit hutan (forest pathology), yaitu cabang ilmu kehutanan yang mempelajari virus, bakteri, dan tanaman tingkat tinggi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pohon atau tegakan hutan dan hasil hutan. Penyakit hasil hutan pada umumnya dapat ditimbulkan oleh Patogen (Penyebab penyakit) seperti bakteri, jamur, Mikoplasma, Nematoda,  Serangga, dll.
1.        Contoh Penyakit Pasca Panen Hasil Hutan
Seperti yang telah disbutkan diatas, penyakit hasil hutan merupakan kerusakan pada hasil hutan, baik  yang disebabkan oleh ulah manusia maupun patogen. Beberapa contoh penyakit hutan pasca panen adalah sebagai berikut:
a)    Rayap Tanah
Rayap adalah serangga sosial anggota bangsa Isoptera yang dikenal luas sebagai hama penting kehidupan manusia. Rayap bersarang di dan memakan kayu perabotan atau kerangka rumah sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi. Dalam bahasa Inggris, rayap disebut juga "semut putih" (white ant) karena kemiripan perilakunya.
Rayap tanah merupakan hama yang memiliki spesifisitas habitat dan memiliki perilaku yang khas. Koloni rayap membangun istananya di dalam tanah hingga kedalaman tertentu. Koloni rayap dalam tanah bisa berjumlah ratusan ribu hingga jutaan dan dipimpin oleh seekor ratu rayap yang terlindungi oleh ribuan rayap tentara dalam bangunan kokoh yang tersusun dari tanah.
Rayap tidak akan menyerang kayu yang telah dicat dengan cat anti rayap sebelum penggunaan. Bila ada bagian kayu yang terlanjur termakan rayap, segera ambil atau pindahkan agar tidak menular ke bagian lain. Secara rutin, periksa perabotan bagian kayu dari ancaman rayap dengan mengetuk- kayu.
Untuk menjaga agar rayap tidak merusak kayu, sebaiknya tidak membiarkan lingkungan dalam keadaan lembab agar rayap tidak mudah berkembangbiak dan membuat sarang.
b)   Jamur tiram
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.  Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang.
c)    Jamur Kuping
Jamur kuping merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang. Miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora). Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping).
d.  Lumut
Lumut memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan tumbuhan lain. Lumut merupakan tumbuhan dengan ukuran relatif kecil, tingginya 2 sampai 50 cm. Tubuhnya tidak memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya, tetapi mempunyai bagian yang menyerupai akar (rizoid), batang, dan daun. Pada beberapa jenis lumut hati atau lumut tanduk tubuhnya masih berupa talus.
Habitat lumut adalah tempat-tempat yang memiliki kelembaban yang tinggi. Lumut menyukai tempat yang lembab dan teduh dikarenakan saat bereproduksi tumbuhan tersebut membutuhkan air untuk melakukan pembuahan. Tanpa air, sel-sel kelamin jantan tidak bisa mencapai sel-sel kelamin betina.

d.        Kemunduran Produk-Produk/Hasil Hutan Akibat Serangan Patogen
Penyakit hasil hutan pasca panen umumnya berupa kerusakan pada kayu atau hasil panen. Kerusakan yang dimaksud dapat berupa retak-retak, pecah, kayu terbelah, serangan jamur, serangan serangga dan kerusakan-kerusakan akibat perilaku manusia yang kurang cermat dalam mengelola kayu seperti pemeliharaan hutan yang kurang baik,  penebangan pohon yang salah, pembagian batang yang keliru, cara menggergaji yang keliru serta cara pengeringan kayu yang tidak sesuai sehingga kerusakan-kerusakan tersebut menyebabkan berkurangnya mutu dan nilai pakai kayu untuk penggunaan tertentu.
Perkembangan patogen pembusuk kayu sangat memerlukan bahan makanan yang cukup didalam kayu, kelembapan yang cukup, sedikit udara dan suhu yang layak. Pengaruh jamur pembusuk kayu yang menghancurkan dinding-dinding  pada perkembangan lanjut dari pembusukan mengakibatkan kehancuran total struktur kayu. Dengan demikian kekuatan kayu akhirnya akan mengalami penurunan yang nyata. Pada tahap permulaan serangan patogen, misalnya jamur biasanya timbul kerapuhan kayu yang nyata yang mengakibatkan kayu yang terserang cenderung untuk patah secara mendadak jika diberi beban. Dalam kasus lain jamur juga dapat Menimbulkan noda pada kayu yang walaupun hanya mempunyai pengaruh sedikit terhadap kekuatan kayu dan biasanya tidak menurunkan kekuatan yang besar, namun akan mengurangi nilai keindahan (estetika) dari kayu tersebut akibat timbulnya warna-warna kotor yang berupa noda.
Kerusakan kayu seperti yang telah digambarkan diatas tentunya akan mengakibatkan penurunan pada hasil panen baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

e.         Pengendalian Hasil Hutan (Penyakit Pasca Panen)
Penyakit hutan pasca panen dapat menyebabkan kerugian material yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga perlu dilakukan pengendalian terhadap penyakit tersebut yang terindikasi menyerang kayu. Beberapa tehnik pengendalian penyakit pasca panen yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.
1.      Pengendalian terhadap penyebabnya
Dilakukan langsung pada penyebabnya (patogen). Seperti (1)melakukan pemusnahan total bagian kayu yang terserang penyakit atau seluruh inang untuk membasmi suatu penyakit (eradikasi);  atau (2)dengan mengusahakan membina dan menciptakan keadaan yang baik pada kayu (sanitasi).
2.      Pengendalian melalui lingkungan
Pengendalian ini dilakukan dengan membuat lingkungan yang cocok dengan kayu hasil panen, tetapi tidak cocok untuk patogen penyebab penyakit.
3.      Pengendalian menggunakan fungisida atau bakterisida
Dilakukan dengan menggunakan Fungisida (racun untuk jamur) atau Bakterisida (racun untuk bakteri).
4.      Pengendalian Menggunakan Praktek Perundangan
Dilakukan dengan memanfaatkan peraturan perundangan yang mencegah perpindahan patogen dan organisme pengganggu tumbuhan. Misalnya dengan melakukan karantina dalam perdagangan kayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar