Penyakit adalah suatu proses dimana bagian-bagian dari tumbuhan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Perkataan “Diserang penyakit“ untuk tanaman yang terserang adalah kalimat yang kurang tepat digunakan. Diserang penyebab penyakit (patogen) mrupakan kalimat yang lebih tepat digunakan untuk menggambarkan penyerangan tersebut.
Penyakit pada umumnya ditandai
dengan adanya kerusakan proses fisiologis yang disebabkan oleh suatu
tekanan/gangguan yang terus menerus pada kayu dari penyebab utama (biotik ataupun
abiotik) yang mengakibatkan aktivitas sel/jaringan menjadi abnormal, yang
digambarkan dalam bentuk penyakit yang khas yang disebut gejala/tanda.
Gejala/tanda inilah yang memberikan petunjuk apakah pohon didalam hutan sehat
atau sakit.
Nilai tumbuhan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara biologi dan ekonomi
maka penyakit tumbuhanpun mengandung unsur dua sudut
pandang ini. (1)Dari segi biologi, tumbuhan adalah organisme yang melakukan kegiatan
fisiologis, sehingga dari segi ini penyakit tumbuhan adalah penyimpangan dari sifat normal sehingga tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti
biasanya. (2)Dari segi ekonomi, tumbuhan adalah penghasil bahan-bahan yang berguna bagi manusia, sehingga dari
segi ini penyakit tumbuhan adalah
ketidakmampuan tumbuhan menghasilkan bahan yang
dibutuhkan manusia sehingga manusia mengalami kerugian.
Ada empat faktor utama yang
memungkinkan penyakit dapat berkembang dengan baik, yaitu (1)adanya tanaman
inang (tanaman hutan) yang rentan dalam jumlah cukup; (2)adanya patogen yang
ganas; (3)kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan hama dan penyakit
tersebut; dan (4)manusia yang ikut mendukung timbul atau tidaknya suatu
penyakit. Penyakit menyerang tanaman hutan mulai dari biji, bibit di
persemaian, tanaman muda di lapangan, tegakan siap tebang, sampai pada hasil
hutan yang berada dipenyimpanan. Serangan penyakit juga tidak memilih, hampir
seluruh bagian tanaman diserangnya mulai dari akar, batang, sampai pada daun.
Perlindungan terhadap penyakit akan mulai dirasakan pentingnya apabila sudah
terjadi serangan yang sangat hebat (outbreak/eksplosif/wabah), yang sebenarnya
keberadaan penyakit tersebut telah lama, tetapi karena akibatnya belum
dirasakan atau masih sedikit jadi tidak dipedulikannya atau dibiarkan saja. Sebagai
akibatnya penyakit makin merajalela sampai akhirnya menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit.
Penyakit hasil hutan adalah
kerusakan pada hasil hutan yang biasanya disebabkan oleh ulah manusia maupun
patogen, yaitu agen patologis berupa parasit yang menimbulkan penyakit pada
inangnya. Bidang ilmu yang mempelajari tentang
penyakit hutan adalah ilmu penyakit hutan (forest pathology), yaitu
cabang ilmu kehutanan yang mempelajari virus, bakteri, dan tanaman tingkat
tinggi yang dapat menimbulkan kerusakan pada pohon atau tegakan hutan dan hasil
hutan. Penyakit hasil hutan
pada umumnya dapat ditimbulkan oleh Patogen (Penyebab penyakit) seperti bakteri,
jamur, Mikoplasma, Nematoda, Serangga, dll.
1.
Contoh Penyakit Pasca Panen Hasil
Hutan
Seperti yang telah disbutkan diatas, penyakit hasil
hutan merupakan kerusakan pada hasil hutan, baik yang disebabkan oleh ulah manusia maupun
patogen. Beberapa contoh penyakit hutan pasca panen adalah sebagai berikut:
a) Rayap
Tanah
Rayap adalah serangga
sosial anggota bangsa
Isoptera yang dikenal luas sebagai hama penting kehidupan manusia. Rayap bersarang di dan memakan kayu perabotan atau kerangka rumah
sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi. Dalam bahasa Inggris, rayap disebut juga "semut putih" (white ant)
karena kemiripan perilakunya.
Rayap
tanah merupakan hama yang memiliki spesifisitas habitat dan memiliki perilaku
yang khas. Koloni rayap membangun istananya di dalam tanah hingga kedalaman
tertentu. Koloni rayap dalam tanah bisa berjumlah ratusan ribu hingga jutaan
dan dipimpin oleh seekor ratu rayap yang terlindungi oleh ribuan rayap tentara
dalam bangunan kokoh yang tersusun dari tanah.
Rayap
tidak akan menyerang kayu yang telah dicat dengan cat anti rayap sebelum penggunaan.
Bila ada bagian kayu yang terlanjur termakan rayap, segera ambil atau pindahkan
agar tidak menular ke bagian lain. Secara rutin, periksa perabotan bagian kayu dari
ancaman rayap dengan mengetuk- kayu.
Untuk
menjaga agar rayap tidak merusak kayu, sebaiknya tidak membiarkan lingkungan
dalam keadaan lembab agar rayap tidak mudah berkembangbiak dan membuat sarang.
b) Jamur
tiram
Jamur
tiram (Pleurotus ostreatus) adalah
jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah
berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip
cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Jamur tiram masih satu kerabat dengan
Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King
Oyster Mushroom.
Tubuh
buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus)
sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
Bagian tudung dari jamur tersebut berubah
warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir
licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.
Selain itu, jamur tiram juga
memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh
dengan cepat.
jamur
tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang
sejuk. Tubuh buah terlihat saling
bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon
yang sudah ditebang.
c) Jamur Kuping
Jamur kuping merupakan salah satu kelompok jelly
fungi yang masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai
tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau
mudah dilihat dengan mata telanjang.
Miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti
satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium
yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium
primer atau persatuan dua basidiospora). Jamur ini disebut jamur kuping karena
bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping).
d. Lumut
Lumut
memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan tumbuhan lain. Lumut
merupakan tumbuhan dengan ukuran relatif kecil, tingginya 2 sampai 50 cm.
Tubuhnya tidak memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya, tetapi
mempunyai bagian yang menyerupai akar (rizoid), batang, dan daun. Pada
beberapa jenis lumut hati atau lumut tanduk tubuhnya masih berupa talus.
Habitat
lumut adalah tempat-tempat yang memiliki kelembaban yang tinggi. Lumut
menyukai tempat yang lembab dan teduh dikarenakan saat bereproduksi
tumbuhan tersebut membutuhkan air untuk melakukan pembuahan. Tanpa air,
sel-sel kelamin jantan tidak bisa mencapai sel-sel kelamin betina.
d.
Kemunduran Produk-Produk/Hasil
Hutan Akibat Serangan Patogen
Penyakit hasil
hutan pasca panen umumnya berupa kerusakan pada kayu atau hasil panen. Kerusakan
yang dimaksud dapat berupa retak-retak,
pecah, kayu terbelah, serangan jamur, serangan serangga dan kerusakan-kerusakan
akibat perilaku manusia yang kurang cermat dalam mengelola kayu seperti
pemeliharaan hutan yang kurang baik, penebangan pohon yang salah, pembagian batang yang keliru, cara menggergaji
yang keliru serta cara pengeringan kayu
yang tidak sesuai sehingga kerusakan-kerusakan tersebut menyebabkan
berkurangnya mutu dan nilai pakai kayu untuk penggunaan tertentu.
Perkembangan patogen pembusuk
kayu sangat memerlukan bahan makanan yang cukup didalam kayu, kelembapan yang
cukup, sedikit udara dan suhu yang layak. Pengaruh jamur pembusuk kayu yang
menghancurkan dinding-dinding pada
perkembangan lanjut dari pembusukan mengakibatkan kehancuran total struktur kayu. Dengan demikian
kekuatan kayu akhirnya akan mengalami penurunan yang nyata. Pada tahap
permulaan serangan patogen, misalnya jamur biasanya timbul kerapuhan kayu yang
nyata yang mengakibatkan kayu yang terserang cenderung untuk patah secara
mendadak jika diberi beban. Dalam kasus lain jamur juga dapat Menimbulkan noda
pada kayu yang walaupun hanya mempunyai pengaruh sedikit terhadap kekuatan kayu
dan biasanya tidak menurunkan kekuatan yang besar, namun akan mengurangi nilai
keindahan (estetika) dari kayu tersebut akibat timbulnya warna-warna kotor yang
berupa noda.
Kerusakan
kayu seperti yang telah digambarkan diatas tentunya akan mengakibatkan
penurunan pada hasil panen baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
e.
Pengendalian Hasil Hutan (Penyakit
Pasca Panen)
Penyakit hutan pasca panen dapat
menyebabkan kerugian material yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga perlu
dilakukan pengendalian terhadap penyakit tersebut yang terindikasi menyerang
kayu. Beberapa tehnik pengendalian
penyakit pasca panen yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut.
1.
Pengendalian
terhadap penyebabnya
Dilakukan langsung pada
penyebabnya (patogen). Seperti (1)melakukan pemusnahan total bagian
kayu yang terserang penyakit atau
seluruh inang untuk membasmi suatu penyakit (eradikasi); atau (2)dengan mengusahakan membina dan menciptakan
keadaan yang baik pada kayu (sanitasi).
2.
Pengendalian
melalui lingkungan
Pengendalian ini dilakukan dengan membuat lingkungan yang
cocok dengan kayu hasil panen, tetapi tidak cocok untuk patogen penyebab penyakit.
3.
Pengendalian
menggunakan fungisida atau bakterisida
Dilakukan dengan menggunakan
Fungisida (racun untuk jamur) atau Bakterisida (racun untuk bakteri).
4.
Pengendalian
Menggunakan Praktek Perundangan
Dilakukan dengan memanfaatkan peraturan perundangan yang
mencegah perpindahan patogen dan organisme pengganggu tumbuhan. Misalnya dengan melakukan karantina dalam
perdagangan kayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar