#bukarahasiaads {margin:1px;padding:1px;text-align:center} #bukarahasiaads img {margin:1px 1px;text-align:center;-webkit-border-radius: 5px;-moz-border-radius: 5px;border-radius: 5px;-webkit-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;-moz-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;} #bukarahasiaads img:hover {-moz-opacity: 0.7;opacity: 0.7;filter:alpha(opacity=70);}

Jumat, 26 Desember 2014

Taj Mahal, kisah cinta dibalik kemegahannya



Gambar bangunan Taj Mahal
Bangunan dengan marmer putih berhiaskan permata  yang terletak di Agra, india. Siapa yang tidak mengenalnya. “Taj Mahal” begitulah orang-orang menyebutnya. Taj yang pembangunannya dimulai sejak tahun 1932 dan membutuhkan waktu 22 tahun untuk penyelesaiaannya  ini  konon dikerjakan oleh tak kurang dari 20.000 orang (terdiri dari tukang batu, tukang emas dan pengukir termasyur dari seluruh dunia) dan 1.000 gajah. Bangunan ini dianggap sebagai contoh arsitektur Mogul yang paling mengesankan.

Bangunan ini terkenal dengan sebutan permata islam di India dan salah satu mahakarya universal dunia. Tidak salah jika pada tahun 1983 Unesco  menobatkannya sebagai salah satu dari bangunan  tujuh keajaiban dunia.
Gambar Shah Jahan
Menurut sejarah,  Taj Mahal  di buat  ketika Shah Jahan menjadi raja kelima dari dinasti Mughal. Pada masanya sang raja yang telah memiliki 2 istri, Akbarabadi Mahal dan Kandahari Mahal jatuh cinta pada seorang cucu dari bangsawan dari kerajaan Persia yang berumur 14 tahun bernama Arjumad Banu Begum Juga di kenal dengan Mumtaz Ul Zamani atau Mumtaz Mahal. Shah Jahan kemudian harus menunggu 5 tahun hingga akhirnya bisa menikahi Arjumad Banu Begum tepatnya tahun 1612 dan memiliki 14 orang anak dari pernikahannya.

Pada tahun 1628, Shah Jahan dinobatkan menjadi raja dan Mumtaz Ul Zamani diberi julukan Mumtaz Mahal yang artinya “Permata di Istana”. Meskipun sebelumnya sang raja telah memiliki dua istri, Mumtaz Mahal adalah yang paling di cintainya. Ia menemani kemanapun sang raja pergi, baik di istana maupun di tenda-tenda dalam perjalanan.

Setelah melahirkan anaknya yang ke 14 pada tahun 1631, Mumtaz Mahal  kemudian wafat. Kepada istri tercintanya Shah Jahan berjanji untuk tidak akan pernah menikah lagi, membangun makam termegah diatas kuburannya dan mengunjungi makam Mumtaz Mahal secara teratur.
Gambar Mumtaz Mahal
 Kehilangan istri yang dicintainya membuat sang raja sangat terpukul. Konon ia menghabiskan waktu 2 tahun untuk berkabung, mengenang istri yang sangat di cintainya itu.
Setahun Setelah istrinya Mumtaz Mahal meninggal, Pada tahun 1632 Shah Jahan kemudian memerintahkan pembangunan sebuah taj  untuk mengabadikan istrinya dalam kenangan yang selanjutnya bangunan ini disebut dinamai Taj mahal.

Jumat, 19 Desember 2014

TENTANG KELOR || Deskripsi || Pemanfaatan || Khasiat || Nilai Ekonomi

Kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan tanaman perdu yang tinggi pohonnya dapat mencapai 10 meter, tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut dan dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah kecuali tanah berlempung berat dan menyukai pH tanah netral sampai sedikit asam.
Tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat ini selain berfungsi sebagai pagar hidup di pekarangan dan kebun juga merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak di konsumsi rumah tangga tani.  Diberbagai belahan dunia seperti di Afrika; Etiopia, Sudan, Somalia, Kenya dan juga di Arab Saudi dan Israel kelor juga dipergunakan sebagai tanaman pionir karena tahan kekeringan dan juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemberian daun kelor pada sapi dilaporkan dapat meningkatkan pertambahan berat badan.
Di Indonesia sendiri, pemanfaatan kelor oleh masyarakat hanya  terbatas pada bahan konsumsi dengan mengolah daun dan buah muda menjadi sayur, dan obat-obatan pada masyarakat tradisional tertentu, sementara sebagian lainnya hanya menggunakannya untuk upacara ritual. Hal ini dikarenakan masih kurangya pengetahuan masyarakat tentang manfaat kelor.

PEMBAHASAN
Kelor atau marungga (Moringa oleifera L) adalah tanaman dari suku Moringaceae. Beberapa sumber mengatakan tanaman ini berasal dari kaki pegunungan Himalaya bagian Selatan di India Utara. Dewasa ini tanaman ini telah menyebar ke  seluruh India, Sri lanka, Afrika, Indonesia, Malaysia, Filipina, Mexico, serta Amerika Tengah dan Selatan.

Deskripsi Kelor
Kelor merupakan tumbuhan dengan batang berkayu, tegak, berwarna putih bernoda, kulit tipis, permukaan kasar; arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling, helai daun saat muda berwarna hijau muda. Buah berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20 - 60 cm; buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi cokelat, bentuk biji bulat - berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah berumur 12 - 18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak.

Klasifikasi Kelor
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                : Brassicales
Famili              : Moringaceae
Genus              : Moringa
Spesies            : Moringa oleifera L.
            Nama umum kelor yang biasanya digunakan antara lain:
Indonesia        : Kelor, limaran (Jawa)
Inggris             : Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree
Melayu            : kalor, merunggai, sajina
Vietnam          : Chùm ngây
Thailand          : ma-rum
Pilipina            : Malunggay
    
           
Tanaman ini dapat tumbuh sampai tinggi 7—11 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau; bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut kelentang (drumstick), juga dapat disayur.
Perbanyakan keelor dapat dilakukan secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau ladang.

Pemanfaatan Kelor
Penelitian terhadap manfaat tanaman mulai dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya, sejak awal tahun 1980-an telah dimulai. Ada sebuah laporan hasil penelitian, kajian dan pengembangan terkait dengan pemanfaatan tanaman kelor untuk penghijauan serta penahan penggurunan di Etiopia, Somalia, dan Kenya oleh tim Jerman, di dalam berkala Institute for Scientific Cooperation, Tubingen, 1993. Laporan tersebut dikhususkan terhadap kawasan yang termasuk Etiopia, Somalia, dan Sudan, karena sejak lama sudah menjadi tradisi penduduknya untuk menanam pohon kelor, mengingat pohon tersebut dapat menjadi bagian di dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan sayuran, bahan baku obat-obatan, juga untuk diperdagangkan. Di kawasan Arba Minch dan Konso, pohon kelor justru digunakan sebagai tanaman untuk penahan longsor, konservasi tanah, dan terasering. Sehingga pada musim hujan walau dalam jumlah yang paling minimal, jatuhan air hujan akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor, dan pada musim kemarau “tabungan” air sekitar akar kelor akan menjadi sumber air bagi tanaman lain. Selain itu, sistem perakaran kelor yang cukup rapatdapat meminimalisir terjadinya bencana longsor.
Periset dari Anna Technology University, Tamilnadu, India, C Senthil Kumar, membuktikan bahwa daun kelor berkhasiat sebagai hepatoprotektor atau pelindung hati. Menurut dokter sekaligus herbalis di Yogyakarta, dr Sidi Aritjahja, kelor mengandung antioksidan yang sangat tinggi dan sangat bagus untuk penyakit yang berhubungan dengan masalah pencernaan, misalnya luka usus dan luka lambung. Bagian apa pun yang dipakai aman asal memperhatikan caranya
Menurut Dr. Paulus Wahyudi Halim di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, kelor memiliki energi dingin. Herbal seperti itu cocok untuk mengatasi penyakit dengan energi panas atau kelebihan energi seperti radang atau kanker.

Khasiat Daun Kelor
Sanat di sayangkan pemanfaatan daun kelor sebagai sumber protein belum banyak terapkan di Indonesia. "Hanya beberapa daerah Indonesia Timur saja yang telah menggunakan daun kelor sebagai sayur bening. Sementara sebagian penduduk di Indonesia hanya menggunakan daun kelor untuk hal-hal yang bersifat mistik.
Oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO, bayi dan anak-anak pada masa pertumbuhan dianjurkan mengkonsumsi daun kelor. Perbandingan gram, daun kelor mengandung 7 x vitamin C pada jeruk 4 x calcium pada susu 4 x vitamin A pada wortel 2 x protein pada susu 3 x potasium pada pisang
Organisasi ini juga menobatkan kelor sebagai pohon ajaib setelah melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun ini di negara-negara termiskin di dunia. National Institute of Health (NIH) pada 21 Maret 2008 mengatakan bahwa pohon kelor telah digunakan sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau mengobati lebih dari 300 jenis penyakit. Tradisi pengobatan ayurveda India kuno menunjukkan bahwa 300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun Moringa oleifera.
Manfaat utama daun kelor adalah:
1.        Meningkatkan ketahanan alamiah tubuh
2.        Menyegarkan mata dan otak
3.        Meningkatkan metabolisme tubuh
4.        Meningkatkan stuktur sel tubuh
5.        Meningkatkan serum kolesterol alamiah
6.        Mengurangi kerutan dan garis-garis pada kulit
7.        Meningkatkan fungsi normal hati dan ginjal
8.        Memperindah kulit
9.        Meningkatkan energi
10.    Memudahkan pencernaan
11.    Antioksidan
12.    Memelihara sistem imunitas tubuh
13.    Meningkatkan sistem sirkulasi yang menyehatkan
14.    Bersifat anti-peradangan
15.    Memberi perasaan sehat secara menyeluruh
16.    Mendukung kadar gula normal tubuh



Dari hasil analisa kandungan nutrisi dapat diketahui bahwa daun kelor memiliki potensi yang sangat baik untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Dengan mengonsumsi daun kelor maka keseimbangan nutrisi dalam tubuh akan terpenuhi sehingga orang yang mengonsumsi daun kelor akan terbantu untuk meningkatkan energi dan ketahanan tubuhnya. Selain itu, daun kelor juga berkhasiat untuk mengatasi berbagai keluhan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin dan mineral seperti kekurangan vitamin A (gangguan penglihatan), kekurangan Choline (penumpukan lemak pada liver), kekurangan vitamin B1 (beri-beri), kekurangan vitamin B2 (kulit kering dan pecah-pecah), kekurangan vitamin B3 (dermatitis), kekurangan vitamin C (pendarahan gusi), kekurangan kalsium (osteoporosis), kekurangan zat besi (anemia), kekurangan protein (rambut pecah-pecah dan gangguan pertumbuhan pada anak).
Tidak hanya daun, bunga, buah, kulit batang dan akar kelor juga memiliki beberapa khasiat, diantaranya:
1.    Bunga
Antimikroba, antibakteri, infeksi, flu, cacingan, sariawan, radang tenggorokan, antitumor, rematik, gangguan saraf, sumber nutrisi dan tonik.
2.    Biji Kelor
Antimikroba, antibakteri, mengobati kutil, penyakit kulit ringan, penjernih air, anti tumor, sariawan, demam, rematik, meningkatkan kekebalan tubuh, sumber nutrisi dan tonik.
3.    Kulit Batang
Mengatasi karang gigi, ganggugan pencernaan, flu, sariawan, antitumor, rematik, detoksifikasi, penetralisasi racun ular dan kalajengking, dll.
4.    Akar
Antimikroba, karang gigi, flu, demam, asma, penguat jantung, rematik, bengkak kaki (edema), epilepsi, sakit kepala, menjaga kesehatan organ reproduksi, penyegar kulit, mengobati penyakit ginjal dan pembesaran hati.

Nilai Ekonomi Kelor
Kelor merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak di konsumsi rumah tangga tani.  Diberbagai belahan dunia seperti di Afrika, Etiopia, Sudan, Somalia, Kenya dan juga di Arab Saudi dan Israel kelor juga dipergunakan sebagai tanaman pionir karena tahan kekeringan dan juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemberian daun kelor pada sapi dilaporkan dapat meningkatkan pertambahan berat badan.
Daun kelor dan buah kelor sebenarnya mempunyai nilai ekonomis karena sebagian petani dapat menjual daun dan buah mudanya kepasar. Namun budidaya kelor belum banyak dikembangkan dan dipelajari untuk dapat menghasilkan produksi yang optimal dengan kualitas yang baik.Terbukti jika tanaman ini memiliki nilai ekonomis serta diminati oleh macanegara untuk bidang kesehatan dan juga dapat berguna untuk bahan dasar obat-obatan. Jika dapat dikelola dengan baik tentu dapat menjadi salah satu alternatif dalam membuka lapangan pekerjaan yang akan menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat daerah. Semakin beragamnya lapangan pekerjaan yang ada akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, dan tentunya dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Referensi:
http://news.okezone.com/read/2013/04/23/373/796026/wow-daun-kelor-ternyata-kaya-nutrisi/large

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelor


Selasa, 16 Desember 2014

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Dewasa ini hasil hutan bukan kayu (HHBK) dinilai semakin penting setelah semakin menurunnya produktivitas kayu dari hutan alam. Hasil hutan bukan kayu itu sendiri adalah bahan-bahan atau komoditi yang diperoleh dari hutan dan tidak berupa kayu (diperoleh tanpa harus menebang pohon). Menurut keputusan menteri kehutanan dan perkebunan nomor: 310/Kpts-II/1999 tentang pedoman pemberian hak pemungutan hasil huta, HHBK adalah segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang dapat dimanfaatkan dari keberadaan hutan, seperti rotan, getah-getahan, sagu dll.
Beberapa contoh hasil hutan bukan kayu adalah:
1.   Madu
Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Di Indonesia madu dihasilkan dari beberapa jenis lebah madu diantaranya: Apis andreniyormis, Apis dorsata dorsata, Apis dorsata binghami, Apis cerana, Apis  koschevnikovi, Apis nigrocicta, Apis mellifera.
Kegunaan:
Sepanjang sejarah  madu telah lama digunakan manusia untuk mengobati berbagai jenis penyakit, seperti: pengobatan luka pada penderita diabetes dimana pasien tidak bisa menggunakan antibiotik, sebagai antioksidan, mengobati sakit tenggorokan dan batuk, mengurangi bau badan, bengkak dan masih banyak lagi laiinya.
2.   Minyak Kayu Putih
Nama lain dari minyak kayu putih adalah oil of cayeput, cayeput oil. Minyak kayu putih dihasilkan dari rangting daun Melaleuca leucadendron Linn Atau Melalleuca minor Smith, termasuk famili Myrtaceae. Pengambilan daun dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa musim, umumnya diambil daun yang agak tua, paling sedikit berumur 6 bulan dengan jalan memotong cabang dan rantingnya.
Kegunaan :
Untuk obat gosok maupun obat diminum, mengurangi kejang sakit kepala, sakit gigi, reumatik, sakit dada, bengkak, luka iris, luka bakar, sakit otot, sebagai bahan insektisida dan perfumeri.
3.   Damar
Merupakan getah yang dihasilkan oleh pohon yang termasuk famili Dipterocarpaceae. Dalam perdagangan dikenal jenis-jenis damar yaitu Damar Mata Kucing, Damar Merah dan Damar Hitam. Pemungutan masih dilakukan secara sederhana dan tradisional yaitu dengan penyadapan kulit batang, getahnya dibiarkan selama sampai 3 bulan.
Kegunaan :
Untuk bahan baku korek api, plastik, plester, vernis, lak dan sebagainya. Larutannya dalam chloroform dapat dipakai untuk mengawetkan binatang dan tumbuhan.
4.   Minyak Jarak
Minyak jarak dihasilkan dari hasil pengempaan biji jarak (Ricinus communis Linn) termasuk famili Euphorbiaceae. Nama lain dari minyak jarak adalah castor oil, kastrol, ricinus oil.
Kegunaan :
Dalam industri digunakan sebagai bahan sabun khusus, tekstil, karet, bahan pelumas pengawet kulit, isolasi listrik, kosmetik, plastik dan obat-obatan terutama sebagai obat kuras perut, juga digunakan sebagai cairan hindrolik.
5.   Sarang burung walet
Burung walet merupakan burung yang hidup di daerah yang beriklim tropis lembab, dan merupakan burung pemakan serangga yang suka tinggal di dalam gua-gua dan rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang dan sampai gelap dan menggunakan langit-langitnya untuk membangun sarang dan berkembang biak.
Kegunaan:
sarang walet punya banyak keampuhan, antara lain menjaga kesegaran tubuh, meningkatkan vitalitas, obat awet muda, memelihara kecantikan dan menghambat kanker.
Salah satu senyawa turunan sarang walet  azitothymidine telah diteliti dapat melawan AIDS. Istimewanya lagi, sarang walet merupakan ‘sumber asam amino’ yang lengkap. Tercatat sekitar 17 asam amino esensial, semi esensial dan non-esensial yang dimiliki. Salah satunya kini dikembangkan oleh peneliti-peneliti di barat sebagai  pelawan stroke dan kanker. Mineral-mineral sarang walet tak kalah manjurnya  untuk mendukung aktivitas tubuh.


Selain beberapa contoh diatas, masih banyak lagi jenis-jenis hasil hutan bukan kayu lainnya seperti; hewan buruan, kacang - kacangan,  jamur, tanaman obat, rempah-rempah, pakan hewan ternak, dsb.

Minggu, 14 Desember 2014

Resume Kebijakan Dan PerUU Kehutanan

1.        PILAR KEBIJAKAN SDH
Kebijakan kehutanan merupakan suatu rumusan tindakan yang disepakati dalam mencapai tujuan/kepentingan tertentu yang memberikan pengaruh atau akibat  penting bagi sejumlah besar masyarakat dan sumber daya hutan (Ellefson, 1992 dalam Fraser, 2002).
Setiap kebijakan akan menghasilkan suatu program. Lalu akan ada suatu aktivitas untuk mewujudkan program tersebut. Aktivitas tersebut harus mempunyai sinkronisasi dengan programnya.
beberapa isu penting yang seharusnya masuk dalam kebijakan kehutanan, yaitu mengenai penyerapan karbon, potensi dan prospek obat-obatan alami dari hutan serta hak kepemilikannya, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab pengurusan kehutanan, dan penilaian sumberdaya yang dikandung dalam hutan.
Dalam kebijakan kehutanan, ada beberapa kebijakan yang berpengaruh, yaitu:
1.      Kebijakan fiscal
Berkaitan dengan pemenuhan anggaran untuk pembangunan Negara (local dan nasional) baik untuk penerimaan maupun belanja Negara.
2.      Kebijakan kehutanan nasional
Kebijakan kehutanan yang lengkap mengandung dua dimensi pokok, yaitu target yang ingin dcapai dan proses atau cara untuk mencapainya.
3.      Kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan
Berkaitan dengan pengalokasian hutan secara nasional untuk menghasilkan (suplay) berbagai manfaat untuk memenuhi kebutuhan (demand).
4.      Kebijakan konservasi
5.      Kebijakan energy
6.      Kebijkan pemerataan kesejahteraan.

Kepentingan yang mendasari kebijakan kehutanan merupakan campuran yang seimbang antara kepentingan sistem ekologi, ekonomi, dan sosial.
Dalam menjalankan segala kebijakan yang ada maka setiap aktivitas kehutanan menyangkut 3 komponen yang terkait Masyarakat, Sumber Daya Hutan, dan Pemerintah. Ketika berbicara terkait sumber daya (resource) dengan pemerintah maka akan berputar pada masalah ekonomi, dalam hal ini seperti sosialisme dan kapitalisme. Selanjutnya, dengan meliahat keterkaitan antara sumber daya hutan dengan masyarakat, maka akan masuk dalam sistem yang mengatur pemilikan sumber daya. Secara otomatis, mengindikasikan antara private dan public. Selain itu dalam keterkaitan antara pemerintah dengan masyarakat sudah menyangkut sistem politik. Seandainya terwujud keseimbangan dalam komponen ketiga diatas maka akan membentuk Sistem Ekonomi Politik Kehutanan.
Kebijakan yang akan diambil oleh para pembuat kebijakan harus memperhatikan kelestarian hutan sebagai aspek yang sangat penting sebagai pertimbangan. Konsep kelestarian berdasar kepada conservation code ialah pengelolaan kawasan hutan yang jelas kepemilikannya, luas wilayah ekonomis dan memiliki rencana kerja yang rasional.
Konsep teknis kehutanan dan ilmu ekonomi menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan kehutanan. Ekonomi merupakan daya tarik atau motivasi yang membuat manusia bersedia atau tidak bersedia melakukan sesuatu. Maka, ilmu ekonomi sebenarnya adalah ilmu membuat pilihan.

2.        RUANG LINGKUP KEBIJAKAN EKONOMI SDH DI INDONESIA
a.        Ekonomi Sumber Daya Hutan
Ilmu ekonomi secara konvensial sering didefinisikansebagai ilmu yang mempelajari bagaimana manusia mengalokasikan sumber daya yang langka untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak terbatas jumlahnya.
Ekonomi merupakan ilmu sosial sehingga ekonomi sumber daya hutan adalah segi sosial dari ilmu-ilmu kehutanan yang berbeda dengan subjek-subjek pengetahuan ilmu kehutanan yang lebih bersifat fisik dan biologi. Segi sosial subjek pengetahuan ilmu-ilmu kehutanan yang sudah lebih dulu ada ialah Administrasi dan Kebijakan kehutanan yang kemudian berkembang menjadi Politik Kehutanan dan Administrasi Kehutanan, Ekonomi Sumber Daya Hutan kemudian tampil yang dikembangkan dalam Ilmu Kehutanan Sosial (Wirakusumah, 2003).
b.        Ciri-Ciri Sumber Daya Hutan
Sebagai sumber daya ekonomi, pada dasarnya sumber daya hutan bersifat lentur (versatile) berarti berpotensi sangat luwes untuk dapat dimanfaatkan dalam banyak ragam komoditi akhir, bahkan komoditi-komoditi sumber daya hutan itu dapat dimanfaatkan berulang kali (Wirakusumah, 2003).
Ciri sumberdaya hutan yang penting adalah peranannya sebagai sistem penunjang kehidupan. Dalam hal ini hutan tropika berperan sebagai paru-paru dunia yang merupakan barang publik (international public goods) dan sumber keragaman hayati.
c.         Klasifikasi Hasil Hutan
Hasil hutan digolongkan menjadi 2; yaitu (1)hasil hutan kayu dan (2)hasil hutan non kayu.  Hasil hutan kayu ialah hasil hutan  berupa kayu dan bisa di peroleh secara langsung, sedangkan hasil hutan nonkayu adalah hasil hutan bukan kayu, seperti rotan, bambu, madu, damar, walet, sagu,  jasa rekseasi hutan sebagai produk tambahan dari hutan, dan masih banyak lagi hasil hutan non kayu lainnya.
Jasa rekreasi hutan sebagai produk tambahan dan sifatnya tidak nyata (intangible) dari hutan menghadapi tantangan ketika jenis produk ini tidak memiliki harga pada sistem pasar normal, padahal permintaan masyarakat akan jasa rekreasi hutan terus meningkat sebagai akibat dari pendapatan per kapita penduduk naik.
d.        Manfaat Dan Fungsi Hutan
Makna hutan sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi ilmu yang dibidangi. Dari sudut pandang orang ekonomi, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu assosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan menurut ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan.
1.      Manfaat Hutan
Hutan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, mulai dari pengatur tata air, paru-paru dunia, sampai pada kegiatan industri. Pamulardi (1999) menerangkan bahwa dalam perkembangannya hutan telah dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, antara lain pemanfaatan hutan dalam bidang Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pemungutan Hasil Hutan dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri.
Sebagai salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : manfaat tangible (langsung/nyata) dan manfaat intangible (tidak langsung /tidak nyata). Manfaat tangible atau manfaat langsung hutan antara lain : kayu, hasil hutan ikutan, dan lain-lain. Sedangkan manfaat intangible atau manfaat tidak langsung hutan antara lain : pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan, dan lain-lain.
Berdasarkan kemampuan untuk dipasarkan, manfaat hutan juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : manfaat marketable dan manfaat non-marketable. Manfaat hutan non-marketable adalah barang dan jasa hutan yang belum dikenal nilainya atau belum ada pasarnya, seperti : beberapa jenis kayu lokal, kayu energi, binatang, dan seluruh manfaat intangible hutan.
2.      Fungsi Hutan
Dalam Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Selanjutnya pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokoknya ada tiga, yaitu hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. menerangkan hutan lindung adalah hutan yang diperuntukan bagi perlindungan tata tanah dan air bagi kawasan di sekitarnya. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang diperuntukan bagi perlindungan alam, pengawetan jenis-jenis flora dan fauna, wisata alam dan keperluan ilmu pengetahuan. Hutan produksi adalah hutan yang diperuntukan bagi produksi kayu dan hasil hutan lainnya untuk mendukung perekonomian negara dan perekonomian masyarakat.
Fungsi hutan ditinjau dari kepentingan sosial ekonomi, sifat alam sekitarnya, dan sifat-sifat lainnya yang berkenan dengan kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hutan berperan sebagai sumber daya. Dengan kondisi ini, sumber daya hutan menjadi salah satu modal pembangunan, baik dari segi produksi hasil hutan atau fungsi plasma nutfah maupun penyanggah kehidupan.
Secara ekologi fungsi hutan adalah sebagai penyerap air hujan untuk mencegah terjadinya erosi. Hutan mempunyai peranan penting dalam mengatur aliran air ke daerah pertanian dan perkotaan, baik lokal, regional maupun global. Sebagai contoh, 50 % sampai 80 % dari kelembaban yang ada di udara di atas hutan tropik berasal dari hutan melalui proses transpirasi dan respirasi.
e.         Karakteristik Sumber Daya Hutan Dalam Perspektif Ekonomi
Sampai saat ini harapan dapat terwujudnya bentuk pengolahan hutan yang tepat dan stabil belum dapat diperoleh. Seiring dengan memburuknya kondisi kawasan hutan tersebut, produksi kayu alam HPH semakin menipis pada titik rendah sekitar 5-6 juta meter kubik per tahun. Sedang keberhasilan hutan tanaman dari HPHTI masih sangat rendah baik laju perluasan tanaman maupun produksi kayunya. Sebaliknya praktek illegal logging yang meskipun terus diberantas melalui operasi represif tidak kenal menurun. Penyelundupan kayu ke luar negeri juga cenderung meningkat dengan trend yang tidak pernah mampu dikenali secara tepat.
Namun ada yang menggembirakan, devisa produk-produk kehutanan justru meningkat. Tercatat angka devisa sebesar US$ 4,873 milyar (2001), berturut-turut meningkat menjadi US $ 5,819 milyar (2002), US $ 6,318 milyar (2003), dan tahun 2004 sebesar US $ 7,726 milyar. Produk pulpa & kertas merupakan penopang laju peningkatan devisa tersebut. Devisa dari ekspor satwa dan hasil hutan non kayu tercatat meningkat dari tahun ke tahun bernilai puluhan juta dolar AS. Hanya, naiknya devisa khususnya dari produksi pulpa malahan di curigai sebagai bentuk ekploitasi hutan alam ilegal.
Pengelolaan hutan dan kehutanan yang sarat dengan kompleksitas problem sosial, ekonomi, lingkungan dan kriminal juga memerlukan produk legal yang ditaati dan ditegakan dengan berani. Sedangkan penyelenggaraan politik kenegaraan era otonomi daerah tetap dianggap menambah peningkatan kerusakan hutan yang tidak terkendali itu.
f.         Ekonomi Produksi
Pemanfaatan kawasan pada hutan produksi dimanfaatkan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi optimal. Misalnya tumbuhan dibawah tegakan hutan.
pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan produksi adalah sebagai bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Pemanfaatan hasil hutan pada hutan produksi dapat berupa hutan tanaman sejenis dan atau hutan tanaman berbagai jenis.
Usaha pemanfaatan hutan tanaman diutamakan pada lahan yang dianggap tidak produktif dalam rangka mempertahankan hutan alam.
Kecendrungan penurunan potensi dan regenerasi hutan di areal bekas tebangan serta semakin meningkatnya kebutuhan kayu maka sistem pengelolaan secara tebang pilih sebagian dialihkan pada tebang habis untuk ditanam dengan jenis cepat tumbuh, sebagai Hutan Tanaman Industri (HTI).
g.        Ekonomi Konsumsi
Pengelolaan hutan selalu ditujukan untuk mendapatkan manfaat optimum. Memahami manfaat hutan, mengandung arti harus dilakukannya penilaian terhadap semua jenis manfaat yang dapat dihasilkan oleh hutan tersebut, baik yang bersifat manfaat nyata (tangible) maupun tidak nyata (intangible). Pengelolaan hutan selalu ditujukan untuk mendapatkan manfaat optimum. Memahami manfaat hutan, mengandung arti harus dilakukannya penilaian terhadap semua jenis manfaat yang dapat dihasilkan oleh hutan tersebut, baik yang bersifat manfaat nyata (tangible) maupun tidak nyata (intangible).
Ekosistem hutan memiliki banyak unsur dengan hubungan yang komplek, sehingga dalam kerangka penilaian hutan dibuat suatu klasifikasi sumber manfaat menurut pendekatan ekosistem yang terdiri atas empat kelas, yaitu (1) flora, (2) fauna, (3) fungsi ekosistem, dan (4) sosial budaya. Manfaat yang bersumber dari empat hal tersebut dapat berwujud (a) barang hasil hutan, (b) jasa dan fungsi ekologis, dan (c) simbolik atau atribut.
Pemanfaatan hutan yang selama ini cenderung mengeksploitasi hasil hutan kayu (manfaat tangible) ternyata membawa implikasi ekologi terhadap tingginya tingkat deforestrasi. Hasil yang paling -berpengaruh mengungkapkan bahwa telah terjadi penggunaan hutan di Indonesia sebesar 1 juta hektar pertahun. Di samping itu, nilai ekonomi yang diberikan ternyata kurang memberikan keuntungan yang optimal.
Kegiatan bisnis sektor kehutanan yang secara ekonomis aktual tidak lagi menguntungkan tersebut menuntut kita untuk melakukan reorientasi bisnis kehutanan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya hutan yang ada dengan teknik dan manajemen lahan yang optimal, produktif dan kompetitf. (Affandi dan Pindi, 2004).
h.        Pemanenan Hasil Hutan Kayu
Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon dan biomas lainnya menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat.
Proses pemanenan kayu terdiri dari beberapa kegiatan yang masing-masing merupakan satu tahap dalam proses produksi. Adapun unsur-unsur dasarnya adalah :
1.      Operasi tunggak (stump operation), yaitu penebangan pohon dan pembentukan permulaan dari log.
2.      Penyaradan, yaitu memindahkan batang kayu secara keseluruhan atau berupa log dari tempat penebangan ke tempat pengumpulan (loading). Pada umumnya jarak yang ditempuh hanya beberapa ratus meter.
3.      Pemuatan (loading), yaitu menaikkan kayu ke atas alat angkut. Kegiatan memuat dilakukan di landing.
4.      Angkutan utama, yaitu pengangkutan dari landing ke tempat tujuan.
5.      Pembongkaran, yaitu membongkar muatan di tempat tujuan.

3.        KONSUMSI, PERMINTAAN DAN PENAWARAN PRODUK DAN JASA HUTAN
1.  Konsumsi Produk dan Jasa Hutan
Ada enam kelompok produk dan jasa hutan, yaitu kayu, flora, fauna, air, rekreasi, dan fungsi lindung.
          Konsumsi terbesar untuk beberpa produk dan jasa hutan, yaitu:
  • Konsumsi kayu terbesar adalah pada produk kayu olahan, seperti mebeul dan bangunan rumah (83,6%)
  • Konsumsi produk papan terbesar adalah pada penggunaan papan untuk bahan bangunan (73%)
  • Konsumsi air dari mata air, sungai, dan danau terbesar adalah pada irigasi (52%)
  • Konsumsi produk pulp terbesar adalah pada penggunaan pulp untuk bahan baku kertas tulis (60%)
  • Konsumsi air untuk industri terbesar adalah pada industri logam (32%)
  • Konsumsi jasa rekreasi hutan terbesar adalah pada rekreasi umum menikmati pemnadangan hutan (27%).

2.        Permintaan Produk dan Jasa Hasil Hutan
Permintaan konsumen dipengaruhi oleh harga produk yang bersangkutan, pendapatan individu konsumen, selera konsumen, jumlah konsumen potensial, haraga barang substitusi, harga mbarang komplementer. Lima factor lain, yaitu : daya tahan barang yang bersangkutan, kekayaan konsumen, distribusi pendapatan, perubahan suku bunga dan kondisi keuangan, dan perubahan teknologi.
Ekonomi kehutanan brhadapan dengan dua jenis permintaan, yaitu :

  • Permintaan langsung (Direct Demand) oleh konsumen akhir (Consumer’s Goods). Permintaan ini relatif sedikit untuk ekonomi kehutanan. Misal : Hutan wisata.
  • Permintaan tidak langsung/turunan (Derived Demand) oleh produsen perantara (Producer’s Goods). Permintaan ini relatif banyak untuk ekonomi kehutanan. Contoh : produksi kayu.

Faktor penyebab perubahan permintaan (demand)
1.    Perubahan teknologi
2.    Perubahan jumlah konumen
3.    Perubahan tingkat pendapatan konsumen
4.    Perubahan selera/kecenderungan/tren
5.    Perubahan harga barang substitusi dan komplementer

Kurva Permintaan
Semakin murah harga barang/jasa, maka jumlah barang/jasa yang dibeli akan semakin banyak, begitupun sebaliknya.
Karakteristik perubahan kurva permintaan adalah jika permintaan meningkat maka kurvanya akan begeser ke kanan, dengan jumlah dan harga yang meningkat, begitupun sebaliknya.
Faktor penyebab perubahan permintaan
1.   Perubahan teknologi
Dengan adanya teknologi, akan terjadi peningkatan dan perbaikan produksi sehingga akan meningkatkan selera konsumen. Peningkatan selera konsumen berarti meningkatkan permintaan.
2.   Perubahan jumlah konsumen
Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan. Peningakatan kebutuhan akan meningkatkan permintaan.
3.   Perubahan tingkat pendapatan konsumen
Peningkatan pendapatan akan meningkatkan daya beli konsumen, selanjutnya akan meningkatkan permintaan.
4.   Perubahan selera
Peningakatan selera konsumen akan meningkatkan keinginan membeli konsumen, selanjutnya akan meningkatkan permintaan.
5.   Perubahan harga barang substitusi dan komplementer
Peningkatan harga barang substitusi dan komplementer akan meningkatkan permintaan.

Elastisitas Permintaan
Elastisitas adalah ukuran sensitivitas jumlah barang/jasa yang dibeli terhadap perubahan harga.
   
       Faktor penentu elastisitas permintaan adalah :
1.        Selera konsumen
Semakin tinggi selera konsumen terhadap produk hutan, maka permintaan produk hutan akan semakin elastis.
2.        Barang substitusi
Semakin banyak barang substitusi terhadap produk hutan, maka permintaan produk hutan akan semakin elastis.
3.        Barang komplementer
Semakin banyak barang komplementer terhadap produk hutan, maka permintaan produk hutan akan semakin elastis. Adanya barang pelengkap akan meningkatkan selera permintaan terhadap produk hutan.

Pengaruh waktu terhadap elastisitas permintaan dalam jangka pendek
Permintaan produk hutan jangka pendek cenderung in-elastis, sedangkan dalam jangka panjang permintaan produk hutan cenderung elastis.
Dalam jangka pendek permintaan produk hutan cenderung in-elastis. Alasannya adalah :
1. konsumen belum tahu adanya perubahan harga
2. rencana kebutuhan konsumen sudah dibuat
3. butuh waktu untuk merubah kebiasaan belanja konsumenterhadap produk waktu tertentu
Dalam jangka panjang permintaan produk hutan cenderung elastis. Dimana produksi produk hutan telah menyesuaikan diri dengan permintaan konsumen dan adanya kompetisi dari produk substitusi.

3.        Penawaran terhadap Produk dan Jasa Hasil Hutan
Permintaan konsumen dipengaruhi oleh harga produk yang bersangkutan, pendapatan individu konsumen, selera konsumen, jumlah konsumen potensial, haraga barang substitusi, harga mbarang komplementer. Lima factor lain, yaitu : daya tahan barang yang bersangkutan, kekayaan konsumen, distribusi pendapatan, perubahan suku bunga dan kondisi keuangan, dan perubahan teknologi.

Elastisitas penawaran
Elastisitas penawaran diartikan sebagai Ratio perubahan jumlah yang ingin dijual terhadap persentase perubahan harga barang yang dijual.
Faktor Penentu Elastisitas Permintaan:
1.      Selera/kecenderungan/tren konsumen.
Semakin tinggi selera konsumen terhadap produk hutan, maka permintaan produk hutan hutan makin elastis. Dimana penurunan harga (kecil) akan meningkatkan jumlah diminta (besar). Sehingga total pendapatan lebih besar.
2.      Barang substitusi/pengganti
Semakin banyak banyak barang pengganti (substitusi) terhadap produk hutan, maka permintaan produk hutan makin elastic. Dimana adanya kompetisi akan memotivasi persaingan penurunan harga. Penurunan harga (kecil) akan meningkatkan jumlah diminta (besar). Sehingga total pendapatan lebih besar.     
3.      Barang Komplementer
Semakin banyak barang pelengkap (komplemen) terhadap produk hutan maka permintaan produk hutan makin elastic. Dimana adanya barang pelengkap akan meningkatkan selera permintaan terhadap produk hutan. Penurunan harga (kecil) akan menngkatkan jumlah diminta (besar). Sehingga total pendapatan lebih besar.
Produsen pada kondisi Market Supply dihadapkan pada 3 keputusan:
1. menjual saat ini dengan tingkat harga yang terjadi
2. menggunakan sendiri barang terebut
3. menahan barang tersebut untuk dijual dengan harga lebih tinggi pada waktu yang akan datang
Dua faktor yang harus dikendalikan oleh individu produsen/perusahaan dalam kondisi penawaran jangka pendek:
1. Antisipasi terhadap lamanya dan arah (membaik atau memburuk) dari perubahan harga.
2. Anitsipasi dan menghitung biaya produksi, jika barang akan dijual pada waktu yang akan datang.
4.        ANALISIS KEBIJAKAN EKONOMI PROSUKSI KEHUTANAN
Kegiatan produksi di kehutanan, khususnya produksi kayu untuk hasil seperti meubel, furniture dan kayu lapis atau papan parrtikel, memang berbeda dengan kegiatan produksi di bidang lainnya. Pengusaha kayu swasta, yang mengelola HPH di Indonesia dimulai  sejak 1970-an sampai sekarang, cukup berhasil dalam mengeluarkan kayu dari tempat tumbuhnya di dalam hutan. Dalam hal ini sebetulnya yang menjadi perhatian mereka tidak melakukan produksi kayu secara kehutanan yang disamping ekonomis juga lestari.
Ketika suatu produksi dijalankan ada factor-faktor yang menajdi pondasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi barang/jasa, terutama kayu adalah permintaan, distribusi yang tidak merata, serta kreativitas atau kemampuan menduga. Sedangkan produksi barang tersebut harus bersifat efisien. Efisien produksi dapat dicapai dengan teknologi dan SDM. Dengan jumlah produksi tertentu di dapat dari sumberdaya/ biaya minimum atau dengan jumlah sumberdaya/ biaya tertentu dapt diperoleh produksi maksimum. Input sangat mempengaruhi produksi serta eleastisitas produksi. Jika input tetap akan menghasilkan produksi maksimum. Input digunakan secara efisien karena langka. Input juga berpengaruh terhadap tingkat produksi. Jika tingkat produksi dapat mencapai optimum, maka akan menghasilkan keuntungan maksimum.
Peningkatan produksi dari tingkat minimum hingga maksimum bergantung pada input variabel, yang nantinya akan mempengaruhi proses produksi. Tingkat produksi maksimum dapat dicapai jika pendapatan marginal sama dengan biaya marginal. Biaya juga mempunyai hubungan erat dengan proses produksi. Meliputi biaya tetap, biaya marginal, implicit cost, social cost serta out of pocket payment.
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi, sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan untuk penambahan input produksi. Implicit cost adalah biaya penyusutan, seperti penyusutan alat-alat produksi milik pabrik, sedangkan social cost adalah biaya pengganti akibat kerusakan lingkungan (dampak negative) dari proses produksi secara keseluruhan dalam pabrik. Penjumlahan biaya implicit, biaya social serta biaya, akan menghasilkan biaya riil. Jika terjadi biaya marginal = marginal revenue, maka akan terjadi keuntungan maksimum. Jika MC>MR maka perusahaan akan rugi, jika MC<MR maka perusahaaan akan mengalami untung besar.
Ket: MC = Marginal Cost
        MR = Marginal Renuve

5.        INTERAKSI POLITIK DAN EKONOMI
Keterkaitan ekonomi dan politik sangatlah erat dan berjalan beriringan yang saling mempengaruhi satu sama lain kondisi politik suatu negara cenderung mempengaruhi stabilitas ekonomi.
Salah satu contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia ialah krisis ekonomi di tahun 1998.
Dalam sejarah panjang Republik Indonesia kita mengenal masa Orde Baru dimana selama hampir 32 tahun Soeharto menjabat sebagai Presiden. Banyak prestasi yang ditorehkan, namun kita juga tidak dapat menutup mata bahwa masa Orde Baru juga menyimpan banyak “kejelekan” pula. Terutama diakhir masa pemerintahannya kita banyak mendengar terjadi demontrasi dimana-mana.
Bulan Juli 1997 pecah krisis moneter di Thailand yang ternyata menjalar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
a. Krisis Politik
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak dipegang oleh para penguasa. Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya terhadap institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidakpercayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi. Kaum reformis yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa yang didukung oleh para dosen serta para rektornya mengajukan tuntutan untuk mengganti presiden, reshulffe cabinet, dan menggelar Sidang Istimewa MPR dan melaksanakan pemilihan umum secepatnya.
b. Krisis Hukum
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan. Misalnya, kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pamerintah (ekskutif). Namun, pada kenyataanya kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu, pengadilan sangat sulit mewujudkan keadilan bagi rakyat, karena hakim harus melayani kehendak penguasa.
c. Krisis Ekonomi
Jelas seperti yang sudah disinggung diatas, krisis moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Krisis ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan likuidasinya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Dalam perkembangan berikutnya, nilai rupiah melemah dan menembus angka Rp 10000,- per dollar AS.