Falsafah Karate
Rakka (Bunga yang
berguguran)
Rakka adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam
karate. Maksud dari Rakka adalah bahwa setiap teknik pertahanan perlu dilakukan
dengan bertenaga dan mantap sehingga hanya dengan menggunakan satu teknik saja sudah
cukup untuk membela diri. Ini diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas
pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Sebagai
contoh jika ada orang menyerang dengan
menumbuk muka, seorang karateka boleh menggunakan teknik “tangkisan atas”.
Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan
yang menumbuk itu, sehingga tanpa membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk
membela diri.
Mizu No Kokoro (Minda itu
seperti air)
Maksud dari konsep ini adalah untuk tujuan bela diri,
minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda
tenang, akan mudah bagi seorang
karateka dalam mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di
danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan jelas
dan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danau
tersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.
Tujuan Karate
Tujuan
karate tertuang dengan jelas dalam sumpah karate yang merupakan pedoman dalam keseharian
seorang karateka.
Adapun
isi dan makna dari sumpah karate adalah sebagai berikut:
1.
Sanggup
memelihara kepribadian
Artinya sanggup menjaga prilaku kita.
Perilaku yang dimaksud disini adalah perilaku
sebagai seorang karateka yang berjiwa sportif, tidak sombong, terus mau
belajar dan rendah hati.
2.
Sanggup
patuh pada kejujuran
Seorang
Karateka pantang berbohong, jujur pada diri sendiri dan orang lain, sehingga
dapat dipercaya oleh semua orang.
3.
Sanggup
mempertinggi prestasi
Sesuai tingkatan sabuk, seorang Karateka
harus dapat meningkatkan kemampuan diri dari segi teknik, fisik dan keilmuan
serta filosofi Karate.
4.
Sanggup
menjaga sopan santun
Karateka
adalah figur yang memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari, baik di
perguruan, pekerjaan dan pergaulan di masyarakat. Menghormati dan menghargai
sesama Karateka maupun kepada orang lain.
Sebagaimana
yang dinasihatkan oleh Gichin Funakoshi: “Tanpa
sopan santun kau tidak akan bisa berlatih Karate-Do. Hal ini tidak hanya
berlaku selama latihan saja namun juga dalam hidupmu sehari-hari.”
5.
Sanggup
menguasai diri
Seorang Karateka yang menjiwai Karate-Do akan mampu
mengendalikan emosinya. Lebih memilih menyelesaikan masalah dengan cara
musyawarah daripada kepalan tangan. Selalu menghindari perkelahian daripada
menimbulkan masalah apalagi mencederai orang lain. Teknik Karate hanya
digunakan saat keadaan benar-benar memaksa dan tak ada jalan lain untuk menghindar.
Gichin Funakoshi mengingatkan; untuk mendapat seratus kemenangan dalam seratus pertarungan bukanlah kemampuan yang tertinggi. Untuk menaklukkan lawan tanpa bertarung adalah kemampuan yang tertinggi.
Gichin Funakoshi mengingatkan; untuk mendapat seratus kemenangan dalam seratus pertarungan bukanlah kemampuan yang tertinggi. Untuk menaklukkan lawan tanpa bertarung adalah kemampuan yang tertinggi.
Sumpah karate merupakan janji yang menjadi tanggung jawab
bagi seorang karateka. Sebagai seorang karateka, apakah tingkah laku dan sikap
kita sudah sesuai dengan sumpah yang telah kita ucapkan ratusan kali selama
berlatih karate ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar