#bukarahasiaads {margin:1px;padding:1px;text-align:center} #bukarahasiaads img {margin:1px 1px;text-align:center;-webkit-border-radius: 5px;-moz-border-radius: 5px;border-radius: 5px;-webkit-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;-moz-box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;box-shadow: 1px 2px 1px #ccc;} #bukarahasiaads img:hover {-moz-opacity: 0.7;opacity: 0.7;filter:alpha(opacity=70);}

Jumat, 20 Desember 2013

Pohon Binuang laki (Duabanga moluccana)

Duabanga moluccana


I.    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sistem silvikultur apa saja yang diterapkan pasti akan melaksanakan kegiatan persemaian atau pengadaan bibit.  Dalam konteks pengelolaan hutan produksi lestari, persemaian atau pengadaan bibit merupakan  salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan penanaman,  baik rehabilitasi maupun pengayaan guna mengembalikan kondisi hutan agar mendekati kondisi sebelum dilakukannya pemanenan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjamin keberlanjutannya fungsi  produksi pada rotasi berikutnya. Selain itu, kegiatan persemaian juga dipersiapkan  untuk menghasilkan bibit  yang akan digunakan untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka,  sehingga dapat mempercepat proses penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini, kegiatan persemaian juga berfungsi  menjamin keberlanjutan  fungsi lingkungan. Dari aspek penggunaan tenagakerja atau kesempatan berusaha, kegiatan  persemaian juga merupakan salah satu  indikator yang menunjukkan upaya  guna mendukung tercapainya kelestarian fungsi sosial.
Dalam sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TTPI), kegiatan persemaian/pembibitan merupakan tindak lanjut dari hasil inventarisasi tegakan tinggal (ITT) yang dilaksanakan dua tahun setelah pemanenan. Hasil kegiatan ITT akan memberikan gambaran berapa luas  areal yang harus di rehabiitasi dan berapa luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari luasan tersebut, kemudian dengan pertimbangan jarak tanam yang akan digunakan, maka dapat dihitung kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan.
Dilihat dari ketahanan Cahaya dari berjibunnya jenis pohon yang ada dibedakan menjadi    :
1. Pohon Toleran         : yaitu pohon yang tahan pada kondisi sedikit cahaya
2. 
Pohon Intoleran      : pohon yang harus mendapat cahaya full
Adakah pohon yang berubah, tadinya toleran menjadi intoleran?
Jelas banyak, sebab umumnya saat pohon tersebut masih kecil pohon membutuhkan naungan dan saat pohon itu sudah besar maka pohon itu akan berebut cahaya atau dalam artian berubah menjadi intoleran. Namun begitu jika tidak mendapat cahaya yang full dia masih hidup dengan kekerdilannya karena kalah saing.
Bagaimana dengan pohon intoleran? Bisakah menjadi toleran?
Umumnya mereka akan mati, bahkan untuk pohon pohon jenis pionir ini jelas merupakan akhir fungsi hidupnya ketika pohon pohon jenis jenis toleran berubah menjadi intoleran.

Namun begitu jenis pohon pionir ini sangat lah membantu dalam proses suksesi alam sebuah areal saat terjadi gangguan semisal kebakaran. Karena Tumbuhan Pionir merupakan tumbuhan yang menjadi stater awal pada suksesi hutan secara alami
  1. Pertumbuhan cepat  
  2. Percabangan sedikit
  3. Kebanyakan daun berukuran besar (biasanya kasar berbulu)
  4. Mempunyai kayu yang lunak bahkan ketika menginjak dewasa banyak yang bolong dan terjadi gerowong
  5. Cepat berbunga dan berbuah
  6. Buah;  ukuran relatif kecil, bisa tumbuh di tempat terbuka dan mempunyai dormansi yang cukup lama
  7. Mempunyai umur pertumbuhan yang relatif pendek sekitar 8-25th
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini ada deskripsi umum, ekologi, kegunaan, pematahan dormansi, serta persemaian Duabanga moluccna

C.     Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mengetahui informasi lebih banyak mengenai Duabanga moluccana yang dapat dipertimbangkan dengan nilai ekonominya


II. PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Duabanga moluccana
Nama lain:  Benuang laki, Raba, Kora, Takir
Famili: Sonneratiaceae

Deskripsi:
Pohon Benuang Laki umumnya dapat hidup dengan pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai ketinggian 45 meter. Batang utama cukup besar dan memiliki  diameter sekitar 150 cm. Batangnya tegak, bulat torak, tidak berbanir dengan panjang bebas cabang sampai 25 meter. Kulit batang berwarna abu-abu atau coklat, beralur dangkal, sedikit mengelupas. Tajuk berbentuk  bulat dengan  percabangan yang agak mendatar. Ranting muda dan daun muda tertutup oleh bulu coklat yang pendek dan lebat. Kayu teras berwarna kuning bila segar dan berubah menjadi coklat kuning-kelabu, tidak jelas batas dengan kayu gubal. Tanaman ini memiliki daun tunggal, berpasangan, tebal, kaku, bundar panjang sampai lanset, yang dasarnya berbentuk hati dan ujungnya melancip. Urat daunnya banyak sekali dan melengkung pada tepi dan membentuk urat daun pinggir. Urat daun yang lebih kecil tersusun seperti jala. Bunga tersusun pada perbungaan yang berbentuk malai dan tumbuh di ujung ranting. Buahnya berupa buah kotak, yang bila sudah kering pecah, berbentuk bulat telur memanjang. Musim berbunga dan berbuah pada bulan Juli- Agustus. Tanaman ini dapat berkembangbiak dengan biji.

Ekologi:
Benuang Laki menghuni kawasan Malesia, antara lain di Jawa bagian Timur, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Talaud, Maluku, Irian dan Filipina. Jenis ini tumbuh di tempat-tempat dengan ketinggian antara 60-1200 m dpl. Di Gunung Tambora, Sumbawa, jenis ini merupakan pohon yang dominan. Umumnya Benuang Laki tumbuh di hutan-hutan primer sepanjang sungai dan dapat menjadi tumbuhan utama dalam belukar di daerah penebangan kayu, tetapi dapat pula tumbuh di lereng-lereng gunung pada tanah liat atau berpasir.

Kegunaan:
Melihat sifat-sifatnya, jenis ini mempunyai prospek yang baik sebagai jenis pohon untuk hutan industri dan mungkin juga dapat dipakai untuk penghijauan.  Kayu teras Benuang Laki berwarna coklat sampai coklat tua, kayu gubalnya putih dengan batas yang tidak jelas antara kedua bagian kayu tersebut. Kayu ini ringan (BJ 0,39), dengan kelas keawetan IV-V dan kelas kekuatan III-IV, mudah dikerjakan dan cocok untuk kayu lapis (plywood), bahan konstruksi dalam dan bahan untuk perahu.

Benih Benuang Laki:
Mendapatkan benih binuang laki (Duabanga moluccana) bermutu bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam perkembangan kebutuhan bibit untuk penanaman diperlukan jenis yang cepat tumbuh dengan kondisi fisik yang lurus. Pohon binuang mempunyai bentuk pohon yang tegak, tinggi pohon dapat mencapai 45 m atau lebih dengan panjang batang bebas cabang sampai 30 m, diameter sampai 90 cm atau lebih. Kayu binuang cocok untuk lapisan dalam kayu lapis, peti pembungkus, cetakan beton, kotak korek api, peti mati, perahu, kano, pertukangan dan lain- lain. Binuang mempunyai habitat yang dekat dengan air sehingga orang lebih banyak menanamnya di dekat aliran sungai yang dapat mencegah banjir dan tanah longsor. Binuang dapat tumbuh jika kondisi lingkungan di sekitar mendukung.
Benih binuang sulit diperoleh karena ketika jatuh akan terbang terbawa angin karena merupakan benih halus.
Benih binuang terbungkus dalam buah sehingga jika buah merekah akan terbuka dan akhirnya jatuh. Pengumpulan benih dilakukan dengan pemanjatan dengan bantuan galah yang ujungnya diberi kantong agar buah tidak jatuh ketika dijolok. Sebaiknya buah binuang dipilih yang masih berwarna hijau atau hijau kehitaman dan belum terbuka. Lantai hutan dibawah pohon binuang sebaiknya diberi terpal sebagai alas untuk mencegah buah jatuh ke lantai hutan. Jika peralatan pemanjatan sederhana dan kurang memadai untuk menjamin keselamatan pemanjat, sebaiknya dipilih orang yang ahli atau masyarakat sekitar hutan yang memiliki keahlian memanjat.
Untuk penyimpanan lapangan, binuang yang masih terbungkus buah bisa disimpan dalam karung plastik atau juga dalam cool box. Penyimpanan buah yang berwarna hijau sampai hijau kehitaman bertujuan untuk melindungi benih yang akan keluar dari buah serta proses pemeraman. Buah diusahakan jangan terkena sinar matahari langsung karena dapat menyebabkan pecahnya buah dan jatuhnya benih sehingga jumlah benih menjadi berkurang.
 

B.     Pematahan Dormansi

Benih dari spesies tanaman,mempunyai sifat dapat menunda perkecambahannya sampai benih tersebut menemukan kondisi lingkungan yang optimum untuk berkecambah. Akan tetapi tidak semua benih yang ditanamn dalam kondisi tumbuh optimum akan berkecambah, meskipun sebenarnya benih tidak mati. Benih hidup yang mempunyai sifat demikian disebut benih dorman.
Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu impermiabilitas kulit biji terhadap air atau gas ataupun resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, embrio yang rudimenter, after ripening, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih yang mengalami dormansi ini dapat distimuluskan untuk berkecambah dengan suatu perlakuan mekanis, fisis, maupun kimia.
Benih yang berkulit keras seperti benuang laki atau famili Leguminoceae umumnya memiliki sifat dormansi disebabkan karena kulit biji keras sehingga impermiabel terhadap air atau gas atau embrio tidak dapat menembus kulit biji. Kadang benih diselimuti oleh lapisan lilin sehingga pengambilan air untuk proses perkecambahan terhalang. Perlakuan fisik dengan perusakan kulit (skarifikasi) misalnya pelukaan, goresan pada kulit benih merupakan salah satu cara meningkatkan permiabilitas benih dalam air maupun bahan kimia ditujukan untuk menghilangkan senyawa penghambat perkecambahan yang terdapat dalam kulit benih.
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.
Dormansi pada benih dapat berlangsung beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam.

Tipe Dormansi
Dormansi fisik: yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan, seperti kulit biji yang eras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada beberapa jenis benih tanaman.
1)      Impermeabilitas kulit biji terhadap air
2)      Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
3)      Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Dormansi fisiologi: dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, umumnya dapat juga disebabkan pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh.
1)      Immaturity embrio
Beberapa jenis tanaman mempunyai biji dimana perkembangan embrio tidak secepat jaringan sekelilingnya.Sehingga perkecambahan dari benih-benih demikian perlu ditunda, sebaiknya benih ditempaykan pada kondisi temperatur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga samapi embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah.
2)       After ripening
Peristiwa dimana benih tidak mau berkecambah pada waktu dikecambahkan meskipun telah diberi rangsangan yang biasa dipakai untuk mematahkan dormansi dan benih baru dapat berkecambah setelah disimpan selama jangka waktu tertentu.
3)         Dormansi sekunder
Benih-benih yang pada keadaan normal mampu berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilanagan kemampuan untuk berkecambah.
4)         Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolisme pada embrio
Banyak dari jenis-jenis benih tanaman diketahui peka terhadap cahaya.

Cara-cara untuk memecahkan dormansi
1. Perlakuan mekanis 
  • Skirifikasi: mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Hal tersebut bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas.
  • Tekanan: benih-benih dari jenis tanaman tertentu (swee clover dan alfalfa) diberi perlakuan tekanan. 
2.  Perlakuan kimia
        Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Seperti contoh: asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. 
3. Perlakuan perendaman dengan air
            Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas atau di air dingin dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. 
4. Perlakuan dengan cahaya
       Cahaya tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju perkecambahan.Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

C.    Jenis Persemaian

            Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi 2 jenis/tipe yaitu persemaian sementara dan persemaian tetap.
Persemaian sementara (Flyng nursery).
Jenis persemaian ini biasanya berukuran kecil dan terletak di dekat daerah yang akan ditanami. Persemaian sementara ini biasanya berlangsung hanya untuk beberapa periode panenan (bibit/semai) yaitu paling lambat hanya untuk waktu 5 tahun.
Keuntungan dan kerugian persemaian sementara
Keuntungan :
1.      Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
2.      Ongkos pengangkutan bibit murah.
3.      Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian selalu berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin.
4.      Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.
Kerugiannya :
  1. Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan dengan hasil yang sedikit.
  2. Ketrampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti petugas.
  3. Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih.
  4. Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan.

Persemaian Tetap.
Jenis persemaian ini biasanya berukuran (luasnya) besar dan lokasinya menetap disuatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas.
Keuntungan :
  1. Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan
  2. Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki
  3. Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang tetap dan terpilih
  4. Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur
  5. Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan pertumbuhannya lebih seragam
Kerugiannya :
  1. Keadaan ekologi tidak selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
  2. Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian sementara.
  3. Membutuhkan biaya untuk investasi lebih tinggi dibanding persemaian sementara

III.    PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Duabanga moluccana atau Benuang Laki merupakan jenis tumbuhan pionir yang pada umumnya dapat hidup dengan pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai ketinggian 45 meter. Batang utama cukup besar dan memiliki  diameter sekitar 150 cm. Batangnya tegak, bulat torak, tidak berbanir dengan panjang bebas cabang sampai 25 meter. Kulit batang berwarna abu-abu atau coklat, beralur dangkal, sedikit mengelupas.
Duabanga Moluccana mempunyai prospek yang baik sebagai jenis pohon untuk hutan industri dan juga dapat dipakai untuk kegiatan penghijauan. 

B.     Saran
      Duabanga moluccana merupakan salah satu tumbuhan pionir namun referensi tentang tumbuhan ini masih sangat minim. Oleh karena itu di harapkan kepada pembaca khususnya yang berkecimpung di bidang kehutanan untuk mengkaji lebih dalam tentang Duabanga moluccana itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar